Mencari Jawaban Cinta Sejati demi Pembauran Negara Bangsa Indonesia haruslah terlebih dahulu menelaah Pembauran/Asimilasi di negara-negara: Belanda, Perancis, Amerika Serikat, Brazil, Singapura, Malaysia dan tentunya di Indonesia sendiri.
Belanda. Lebih dari 10% warga negara Belanda memiliki darah Indonesia khususnya Maluku. Asimilasi di sana sejauh ini berlangsung baik. Tetapi Belanda Negara Kecil, maka pengaruh Pembauran di Dunia adalah minim bahkan untuk ukuran Eropa sekalipun.
Perancis. Penjajah Perancis dulu banyak memiliki wilayah jajahan/koloni di Afrika. Warga Afrika yang bermukim di Perancis kini cukup banyak. Banyak dari pemain Liga Perancis bahkan Pemain Nasionalnya adalah keturunan Afrika (atau Campurannya), sehingga ada yang berseloroh apakah ini Kesebelasan Perancis atau Kesebelasan Afrika?
Liberte, Egalite, Fraternite adalah semboyan Republik Perancis yang maksudnya Kemerdekaan, Persamaan dan Persaudaraan. Semoga semboyan ini mengantarkan Perancis menjadi motor Pembauran Cinta Sejati di Eropa.
Amerika Serikat. Sejak Barack Obama menjadi Presiden, maka tampaknya Pembauran di Amerika Serikat tidak menjadi masalah lagi, tetapi bagaimana kelanjutan kemajuan pelaksanaan Pembauran Sejati haruslah kita tunggu setidaknya 1 (satu) sampai 2 (dua) dekade lagi.
Pria Kulit Putih dan Wanita Hispanik menjadi motor Pembauran, tetapi hal itu hanya banyak terjadi di Negara Bagian yang dekat dengan perbatasan Mexico Amerika Serikat.
Negara Bagian California di Pantai Pasifik diharapkan menjadi tempat Pembauran Sejati di masa depan, karena kedekatannya dengan Asia dan hal ini telah tampak dengan keberagaman penduduknya.
Hawaii merupakan satu-satunya tempat di AS yang telah mendekati kesempurnaan dalam Pembauran Sejati.
Dapat dibaca juga:
http://pembauran-sejati.blogspot.com/2009/05/statistik-kawin-campursilang-di-usa.html
http://pembauran-sejati.blogspot.com/2009/05/melting-pot-assimilation-mix-married.html
Brazil. Mungkin ini adalah satu-satunya Negara Bangsa yang Besar yang berhasil/ideal dengan Pembaurannya.
Karnaval di Rio de Janeiro adalah cermin dari Pembauran Cinta Sejati tersebut dimana banyak sekali orang yang beranekaragam turut serta memeriahkannya.
Singapura. Beberapa kali saya ke Singapura, maka saya perhatikan di MRT bahwa masing-masing etnis/suku berkelompok sendiri-sendiri. Bacaan/Koran yang mereka bacapun berbeda. Di Indonesia, Koran yang berkiblat kesukuan atau etnis tertentu hidupnya sekarat atau mungkin malah sudah wafat.
Malaysia. Saya belum pernah ke Malaysia, tetapi dari beberapa bacaan yang saya telaah hampir semuanya berpendapat Pembauran di Indonesia jauh lebih baik. Banyaknya TKI di Malaysia tentunya dapat menjadi nara sumber dan pengamat yang baik.
Indonesia. Indonesia lebih unggul dari Amerika Serikat. Pernyataan yang menggelitik.
Ketika wanita Amerika Serikat masih tidak boleh ikut Pemilu, maka Indonesia (dahulu Hindia Belanda) telah mulai dengan Emansipasi Kartini dan Pemilu Pertama Indonesiapun telah diikuti oleh wanita.
http://pembauran-sejati.blogspot.com/2009/04/kartini-padang-dan-pembauran.html
Kaum Kulit Hitam di Amerika Serikat baru mendapatkan kesetaraan dengan Warga Negara AS lainnya beberapa tahun setelah Martin Luther King tewas ditembak dan berarti lama sekali setelah Indonesia Merdeka.
Hambatan terbesar Pembauran Cinta Sejati di Indonesia adalah Kawin Campur Beda Agama terutama yang menyangkut penganut agama Islam dimana mereka memiliki Pengadilan Agamanya sendiri. ---> Hambatan Hukum.
Terobosan Kawin Campur Beda Agama konon dapat dilakukan dengan menikah di Bali menggunakan Pandita tidak peduli apa agama masing-masing mempelai pria dan wanita. Kemudian setelah upacara pemberkatan selesai mempelai dapat mendaftarkan diri sebagai suami-istri di Catatan Sipil (bukan KUA).
Lebih lengkap dan menarik dapat dibaca pada:
http://pembauran-sejati.blogspot.com/2009/07/kawin-campur-beda-agama.html
Seyogyanya Indonesia akan mengejar dan menyamai bahkan mengungguli Brazil dalam hal Pembauran Sejati Negara Bangsa dan hal itu akan terwujud dengan adanya Cinta Sejati.
Tampilkan postingan dengan label Asli. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asli. Tampilkan semua postingan
Rabu, 03 Februari 2010
Selasa, 19 Mei 2009
Statistik: Kawin Campur/Silang di USA (Putih-Hitam-Asia/Kuning-Lainnya)
Statistik Pembauran Sejati melalui Perkawinan Campur/Silang di Amerika Serikat adalah sebagai berikut:
Tahun 2006:
Pasangan yang menikah berjumlah 59.5 Juta lebih.
Pasangan yang menikah tanpa Kawin Campur/Silang 57.2 Juta lebih (96.1%).
Pasangan yang menikah dengan Kawin Campur/Silang 2.3 Juta lebih (3.9%).
Dalam Kawin Campur/Silang ini masyarakat digolongkan ke dalam 4 kelompok, yakni: Putih, Hitam, Asia dan Lainnya (tidak termasuk ke dalam Putih/Hitam/Asia).
Detail Kawin Campur/Silang tersebut adalah sbb:
Putih - Lainnya : 44.6%
Putih - Asia : 30.7%
Putih - Hitam : 17.6%
Hitam - Lainnya: 2.9%
Asia - Lainnya : 2.4%
Hitam - Asia : 1.8%
*Kapan yaa ... di Indonesia terdapat Statistik semacam ini?*
Terlihat bahwa Kawin Campur/Silang melibatkan paling banyak orang kulit Putih, karena memang populasi orang kulit Putih adalah mayoritas/dominan.
Tetapi dalam Kawin Campur/Silang ini orang kulit Putih lebih memilih Lainnya daripada Asia atau Hitam. Lainnya juga lebih dipilih oleh Hitam dan Asia dibandingkan Kawin Campur/Silang di antara Hitam-Asia.
Yang lebih menarik pada Kawin Campur/Silang Putih-Lainnya, maka Suami Putih - Istri Lainnya dan Suami Lainnya - Istri Putih jumlahnya seimbang. Hal ini tidak terjadi pada kombinasi Kawin Campur/Silang lainnya. Tampaknya motor penggerak Kawin Campur/Silang adalah Lainnya dan bisa jadi hal ini karena nenek moyang Lainnya mungkin telah mengalami Kawin Campur/Silang berkali-kali, sehingga merekapun sulit untuk meng-claim bahwa mereka adalah suku/etnis tertentu.
Bisa jadi kelompok Lainnya ini dapat menjadi 'bola salju' dalam Kawin Campur/Silang menuju Pembauran Sejati.
Tahun 2006:
Pasangan yang menikah berjumlah 59.5 Juta lebih.
Pasangan yang menikah tanpa Kawin Campur/Silang 57.2 Juta lebih (96.1%).
Pasangan yang menikah dengan Kawin Campur/Silang 2.3 Juta lebih (3.9%).
Dalam Kawin Campur/Silang ini masyarakat digolongkan ke dalam 4 kelompok, yakni: Putih, Hitam, Asia dan Lainnya (tidak termasuk ke dalam Putih/Hitam/Asia).
Detail Kawin Campur/Silang tersebut adalah sbb:
Putih - Lainnya : 44.6%
Putih - Asia : 30.7%
Putih - Hitam : 17.6%
Hitam - Lainnya: 2.9%
Asia - Lainnya : 2.4%
Hitam - Asia : 1.8%
Terlihat bahwa Kawin Campur/Silang melibatkan paling banyak orang kulit Putih, karena memang populasi orang kulit Putih adalah mayoritas/dominan.
Tetapi dalam Kawin Campur/Silang ini orang kulit Putih lebih memilih Lainnya daripada Asia atau Hitam. Lainnya juga lebih dipilih oleh Hitam dan Asia dibandingkan Kawin Campur/Silang di antara Hitam-Asia.
Yang lebih menarik pada Kawin Campur/Silang Putih-Lainnya, maka Suami Putih - Istri Lainnya dan Suami Lainnya - Istri Putih jumlahnya seimbang. Hal ini tidak terjadi pada kombinasi Kawin Campur/Silang lainnya. Tampaknya motor penggerak Kawin Campur/Silang adalah Lainnya dan bisa jadi hal ini karena nenek moyang Lainnya mungkin telah mengalami Kawin Campur/Silang berkali-kali, sehingga merekapun sulit untuk meng-claim bahwa mereka adalah suku/etnis tertentu.
Bisa jadi kelompok Lainnya ini dapat menjadi 'bola salju' dalam Kawin Campur/Silang menuju Pembauran Sejati.
Kamis, 30 April 2009
Arab Pembauran dan Cina Pembauran
Judul di atas seharusnya ditambah dengan Pakistan Pembauran, India Pembauran dan seterusnya. Judul di atas hanya ingin menunjukkan adanya perbedaan yang cukup significant/nyata antara keduanya.
Arab Pembauran umumnya tidak bermasalah di Indonesia, mungkin karena mereka beragama Islam dan mayoritas warga Indonesia juga beragama Islam (Apakah hal ini karena Khilafah Islamiyah?). Beberapa di antara mereka bahkan masih keturunan Nabi Muhammad SAW. Anak Arab Pembauran selanjutnya menikah kembali dengan banyak warga Indonesia lainnya.
Sedangkan Cina Pembauran umumnya tidak beragama Islam dan Anak Cina Pembauran banyak yang menikah dengan Anak Cina Pembauran lainnya atau dengan kata lain Peranakan menikahi Peranakan. Hal ini yang menyebabkan seolah-olah Pembauran Berkelanjutan/Berkesinambungan tampaknya terhenti atau jalan di tempat.
Bule/Indo Pembauran agak mirip polanya dengan Arab Pembauran, walaupun banyak di antara mereka yang non-Muslim.
Sedangkan India Pembauran polanya lebih mirip Cina Pembauran, tetapi berhubung jumlah mereka relatif sedikit maka mereka jarang disorot padahal mereka memiliki kuil tersendiri segala.
Jika anda memiliki pandangan yang berbeda silakan reply tulisan ini atau dapat juga langsung kepada: gsarwa@indosat.net.id
Pandangan yang sangat berbedapun akan sangat saya hargai. Bukankah kita ber-Aneka Ragam.
Arab Pembauran umumnya tidak bermasalah di Indonesia, mungkin karena mereka beragama Islam dan mayoritas warga Indonesia juga beragama Islam (Apakah hal ini karena Khilafah Islamiyah?). Beberapa di antara mereka bahkan masih keturunan Nabi Muhammad SAW. Anak Arab Pembauran selanjutnya menikah kembali dengan banyak warga Indonesia lainnya.
Sedangkan Cina Pembauran umumnya tidak beragama Islam dan Anak Cina Pembauran banyak yang menikah dengan Anak Cina Pembauran lainnya atau dengan kata lain Peranakan menikahi Peranakan. Hal ini yang menyebabkan seolah-olah Pembauran Berkelanjutan/Berkesinambungan tampaknya terhenti atau jalan di tempat.
Bule/Indo Pembauran agak mirip polanya dengan Arab Pembauran, walaupun banyak di antara mereka yang non-Muslim.
Sedangkan India Pembauran polanya lebih mirip Cina Pembauran, tetapi berhubung jumlah mereka relatif sedikit maka mereka jarang disorot padahal mereka memiliki kuil tersendiri segala.
Jika anda memiliki pandangan yang berbeda silakan reply tulisan ini atau dapat juga langsung kepada: gsarwa@indosat.net.id
Pandangan yang sangat berbedapun akan sangat saya hargai. Bukankah kita ber-Aneka Ragam.
Label:
Akulturasi,
Aneka Ragam,
Arab,
asimilasi,
Asli,
Bule Indo,
Cina,
India,
Indo Cina,
Islam,
Kawin Campur Silang,
Khilafah,
Muhammad SAW,
Pakistan,
Pembauran Sejati
Senin, 20 April 2009
Kartini Padang dan Pembauran
Ibu Raden Ajeng Kartini tentu bukan dari Padang. Saya justru ingin mengemukakan fenomena tentang Minang Perantauan.
Kini banyak desa-desa di Minang yang asri dan tampak berkecukupan, tetapi sepi hanya ditinggali oleh Orang-orang Tua dan beberapa Gadis. Tak banyak terlihat Pemuda di sana.
Pemuda Minang terkenal sebagai Perantau dan mereka hanya pulang (jika ada duit) pada saat menjelang Lebaran. Banyak dari Pemuda Perantau Minang tersebut yang pada akhirnya menetap di Perantauan dan memperistri warga setempat (non-Minang).
Mengapa mereka memperistri warga setempat, mungkin karena Cinta Lokasi (Cinlok), tetapi saya menduganya karena tinggal di perantauan lebih nyaman. Jika mereka kembali ke Minang dan memperistri gadis Minang, maka adat istiadat seperti Matrilineal atau Matriachat akan diberlakukan.
Hal yang sama terjadi pada perantauan gadis Jepang yang studi di Amerika Serikat. Banyak dari mereka menikah dengan warga non-Jepang dan akhirnya menetap di luar Jepang. Mereka tidak membawa suaminya ke Jepang, karena Jepang enggan dengan Kawin Campur dan UU tidak mendukungnya. Tidak lebih dari 10000 Kawin Campur/Tahun terjadi di Jepang.
Kecuali di Minang maka di tempat lain di Indonesia menganut Patrilineal atau Patriachat.
Perempuan di Indonesia boleh dikatakan setara dengan kaum pria setidak-tidaknya di mata hukum dan telah berlangsung sejak lama setidak-tidaknya sejak ada Ibu Kartini.
Pemilu kita yang pertama pada tahun 1955 telah menyertakan Perempuan sebagai pemilih. Sedangkan di Amerika Serikat (US) bahkan setelah puluhan kali Pemilu, perempuan masih belum dapat memilih.
Di Jepang adat istiadatnya menganggap perempuan itu warga kelas dua, bahkan banyak istri yang ketika pergi bersama suaminya jalan di belakang suaminya.
Indonesia juga lebih baik dalam hal Pembauran dimana walaupun belum disukai, tetapi setidak-tidaknya penentangan itu adalah penentangan yang saya nilai ringan (mild).
Kini banyak desa-desa di Minang yang asri dan tampak berkecukupan, tetapi sepi hanya ditinggali oleh Orang-orang Tua dan beberapa Gadis. Tak banyak terlihat Pemuda di sana.
Pemuda Minang terkenal sebagai Perantau dan mereka hanya pulang (jika ada duit) pada saat menjelang Lebaran. Banyak dari Pemuda Perantau Minang tersebut yang pada akhirnya menetap di Perantauan dan memperistri warga setempat (non-Minang).
Mengapa mereka memperistri warga setempat, mungkin karena Cinta Lokasi (Cinlok), tetapi saya menduganya karena tinggal di perantauan lebih nyaman. Jika mereka kembali ke Minang dan memperistri gadis Minang, maka adat istiadat seperti Matrilineal atau Matriachat akan diberlakukan.
Hal yang sama terjadi pada perantauan gadis Jepang yang studi di Amerika Serikat. Banyak dari mereka menikah dengan warga non-Jepang dan akhirnya menetap di luar Jepang. Mereka tidak membawa suaminya ke Jepang, karena Jepang enggan dengan Kawin Campur dan UU tidak mendukungnya. Tidak lebih dari 10000 Kawin Campur/Tahun terjadi di Jepang.
Kecuali di Minang maka di tempat lain di Indonesia menganut Patrilineal atau Patriachat.
Perempuan di Indonesia boleh dikatakan setara dengan kaum pria setidak-tidaknya di mata hukum dan telah berlangsung sejak lama setidak-tidaknya sejak ada Ibu Kartini.
Pemilu kita yang pertama pada tahun 1955 telah menyertakan Perempuan sebagai pemilih. Sedangkan di Amerika Serikat (US) bahkan setelah puluhan kali Pemilu, perempuan masih belum dapat memilih.
Di Jepang adat istiadatnya menganggap perempuan itu warga kelas dua, bahkan banyak istri yang ketika pergi bersama suaminya jalan di belakang suaminya.
Indonesia juga lebih baik dalam hal Pembauran dimana walaupun belum disukai, tetapi setidak-tidaknya penentangan itu adalah penentangan yang saya nilai ringan (mild).
Label:
Akulturasi,
Asli,
assimilation,
Baru,
Cinlok,
Cinta Lokasi,
Kawin Campur,
Matriachat,
Matrilineal,
Minang,
Patriachat,
Patrilineal,
Perantauan,
Raden Ajeng Kartini,
Suku,
Tabu,
US,
UU Perkawinan
Langganan:
Postingan (Atom)