Kamis, 30 April 2009

Arab Pembauran dan Cina Pembauran

Judul di atas seharusnya ditambah dengan Pakistan Pembauran, India Pembauran dan seterusnya. Judul di atas hanya ingin menunjukkan adanya perbedaan yang cukup significant/nyata antara keduanya.


Arab Pembauran umumnya tidak bermasalah di Indonesia, mungkin karena mereka beragama Islam dan mayoritas warga Indonesia juga beragama Islam (Apakah hal ini karena Khilafah Islamiyah?). Beberapa di antara mereka bahkan masih keturunan Nabi Muhammad SAW. Anak Arab Pembauran selanjutnya menikah kembali dengan banyak warga Indonesia lainnya.

Sedangkan Cina Pembauran umumnya tidak beragama Islam dan Anak Cina Pembauran banyak yang menikah dengan Anak Cina Pembauran lainnya atau dengan kata lain Peranakan menikahi Peranakan. Hal ini yang menyebabkan seolah-olah Pembauran Berkelanjutan/Berkesinambungan tampaknya terhenti atau jalan di tempat.


Bule/Indo Pembauran agak mirip polanya dengan Arab Pembauran, walaupun banyak di antara mereka yang non-Muslim.

Sedangkan India Pembauran polanya lebih mirip Cina Pembauran, tetapi berhubung jumlah mereka relatif sedikit maka mereka jarang disorot padahal mereka memiliki kuil tersendiri segala.


Jika anda memiliki pandangan yang berbeda silakan reply tulisan ini atau dapat juga langsung kepada: gsarwa@indosat.net.id

Pandangan yang sangat berbedapun akan sangat saya hargai. Bukankah kita ber-Aneka Ragam.

Senin, 20 April 2009

Kartini Padang dan Pembauran

Ibu Raden Ajeng Kartini tentu bukan dari Padang. Saya justru ingin mengemukakan fenomena tentang Minang Perantauan.

Kini banyak desa-desa di Minang yang asri dan tampak berkecukupan, tetapi sepi hanya ditinggali oleh Orang-orang Tua dan beberapa Gadis. Tak banyak terlihat Pemuda di sana.
Pemuda Minang terkenal sebagai Perantau dan mereka hanya pulang (jika ada duit) pada saat menjelang Lebaran. Banyak dari Pemuda Perantau Minang tersebut yang pada akhirnya menetap di Perantauan dan memperistri warga setempat (non-Minang).
Mengapa mereka memperistri warga setempat, mungkin karena Cinta Lokasi (Cinlok), tetapi saya menduganya karena tinggal di perantauan lebih nyaman. Jika mereka kembali ke Minang dan memperistri gadis Minang, maka adat istiadat seperti Matrilineal atau Matriachat akan diberlakukan.
Hal yang sama terjadi pada perantauan gadis Jepang yang studi di Amerika Serikat. Banyak dari mereka menikah dengan warga non-Jepang dan akhirnya menetap di luar Jepang. Mereka tidak membawa suaminya ke Jepang, karena Jepang enggan dengan Kawin Campur dan UU tidak mendukungnya. Tidak lebih dari 10000 Kawin Campur/Tahun terjadi di Jepang.

Kecuali di Minang maka di tempat lain di Indonesia menganut Patrilineal atau Patriachat.
Perempuan di Indonesia boleh dikatakan setara dengan kaum pria setidak-tidaknya di mata hukum dan telah berlangsung sejak lama setidak-tidaknya sejak ada Ibu Kartini.
Pemilu kita yang pertama pada tahun 1955 telah menyertakan Perempuan sebagai pemilih. Sedangkan di Amerika Serikat (US) bahkan setelah puluhan kali Pemilu, perempuan masih belum dapat memilih.
Di Jepang adat istiadatnya menganggap perempuan itu warga kelas dua, bahkan banyak istri yang ketika pergi bersama suaminya jalan di belakang suaminya.

Indonesia juga lebih baik dalam hal Pembauran dimana walaupun belum disukai, tetapi setidak-tidaknya penentangan itu adalah penentangan yang saya nilai ringan (mild).

Minggu, 19 April 2009

AS dan Belanda boikot Anti Rasisme

Running Text Metro TV beberapa jam yang lalu menampilkan bahwa:
AS dan Belanda boikot konperensi Anti Rasisme di Jenewa. Hal ini membuat PBB kaget!

Saya tidak terlalu kaget mendengarnya. Karena sering sekali mereka menerapkan Standar Ganda atau yang di bibir lain dengan perbuatan.
AS misalnya mengecam Cina yang konon melanggar HAM, tetapi mereka bahkan telah memenjarakan banyak warga asing di Guantanamo selama bertahun-tahun tanpa pengadilan apapun.

Dugaan saya mereka memboikot, karena mereka memang masih Rasis dan tidak sepenuhnya mendukung Pembauran. Mungkin dalam hal ini Indonesia lebih baik.

Pembaruan dan Pembauran

Saya agak kaget ketika saya mengetikan kata kunci 'Pembauran' pada Goggle dan mendapat pesan mungkin maksud anda adalah 'Pembaruan'. Jadi bahkan Googlepun tidak dapat membedakan antara 'Pembauran' dengan 'Pembaruan'. Untungnya saat ini Google telah dapat membedakannya dan tidak menganggap hal tersebut sebagai misspelling.

Kata Pembauran bagi kita mungkin sudah familiar, tetapi pelaksanaannya masih setengah hati. Walaupun mungkin tidak berani mencela, tetapi mereka mungkin enggan atau bahkan tidak setuju ketika dirinya atau anaknya akan menikah dengan insan yang berbeda etnis maupun agama.
Titi Kamal yang menikah dengan Christian Sugionopun dimana mereka berbeda agama tampaknya masyarakat tidak terlalu antusias menyambutnya. Bahkan UU Perkawinan NKRI juga tidak mefasilitasinya atau boleh saya katakan ketinggalan zaman (out of date). Maaf, kalau saya keliru.

Tetapi saya yakin seperti halnya Google yang sekarang telah melek kata 'Pembauran', maka di masa yang akan datang Pembauran Sejati akan terwujud.

Silakan menyatakan ketidaksetujuan anda pada blog ini atau langsung kepada:
gsarwa@indosat.net.id

Minggu, 12 April 2009

Hasil Pemilu Legislatif dan Pembauran

Hasil resmi Pemilu Legislatif belum diumumkan oleh KPU, tetapi melalui Quick Count kita yakin bahwa 3 besar pemenangnya adalah: Partai Demokrat, PDIP dan Golkar. Ketiganya adalah partai yang majemuk/plural. Saya tak mengatakan mereka partai berhaluan nasionalis, karena yang lainnya pun mengaku Nasionalis.

Selanjutnya diikuti oleh 4 partai bernuansa Islam, sedangkan partai bernuansa non-Islam tampaknya hanya menjadi Penggembira saja.

Lalu apa hubungannya Hasil Pemilu Legislatif dengan Pembauran?

Kemenangan partai yang majemuk/plural tentunya menggembirakan, karena berarti pengkotak-kotakan berdasarkan Etnis atau Agama tampaknya mulai ditinggalkan. Kaum Agamawan ataupun mereka yang aktif dalam kegiatan keagamaan tampaknya bernasib sama dengan Guru. 50 tahun yang lalu mereka mungkin cukup berperan: di GUgu (diikuti) dan di tiRU, tetapi sekarang kalau mereka ngomong/ngebacot dan rasional yaa mungkin diikuti, tetapi kalau tidak yaa dicuekin.

Ke depan mungkin partai bernuansa Islam harus Merger seperti halnya Bank2 Kecil/Gurem kan katanya Islam itu Satu, walaupun ada Sunni, ada Syiah dan mungkin ada yang lainnya.

Sedangkan partai PDS yang telah menampung mereka yang bernuansa Kristen atau Katolik dan mungkin juga akan/telah menampung mereka yang bernuansa Budha, Hindu Bali dan Aliran Kepercayaan lainnya mungkin harus menganti logo Salibnya atau menambahkan dengan logo Kelenteng, Borobudur, Prambanan, Kuil ataupun logo-logo lainnya. Hehehe. Alternatif lain yaa Tutup Buku.

Sudah banyak partai yang tutup buku dan bahkan generasi muda sekarang kemungkinan besar sudah tak mengetahuinya, misalnya:
Masyumi ---> Gua tahu siih Mas Bejo.
Murba ------> Murbei kale. ........PSII --------> PSSI! Bola kan.

Bagi mereka yang menang saya ucapkan Selamat dan bagi mereka yang kalah saya ucapkan juga Selamat-Merenung ...

Senin, 06 April 2009

Genealogy dan Pembauran

Genealogy saat ini merupakan hobi yang lagi marak (trend) di Amerika Utara.
Genealogy secara sederhana dapat dikatakan sebagai Ilmu tentang Keturunan atau Silsilah.

Saat ini khususnya di Indonesia sangat jarang yang memiliki Pohon Silsilah apalagi hingga keturunan ke-6. Kalau kita ingin melihat yang dipublikasikan di Web tentunya lebih jarang lagi.
Tetapi begitu kita mendapatkannya dan menelitinya kita akan surprise bahwa banyak hal yang tidak/belum kita ketahui sebelumnya. Misalnya ternyata moyang kita ada yang bule dan masih bersaudara jauh dengan Kwik Kian Gie.

Sebenarnya dengan meneliti nama-nama tersebut secara kasar kita bisa perkirakan etnis tersebut, misalnya Sinaga kawin dengan Rompis artinya Batak Kawin Campur (atau ada juga yang mengatakan Kawin Silang) dengan Minahasa. Nama model Jessica Michibata menunjukkan bahwa ia seorang Bule Jepang dan ternyata pacar Pembalap F1 Jenson Button saat ini memang beribu Jepang Asli dengan Bapak Campuran Spanyol, Argentina dan Italia. Terlihat Jessica menggunakan nama marga ibunya yang mungkin juga sedang menjadi trend saat ini. Saya dengar Ayu Azhari juga sedang mengajukan permohonan ke Pengadilan agar anak-anaknya dapat diberi nama 'marga' Azhari. Sedangkan nama Putri Miranti menunjukkan bahwa ia adalah putrinya Ibu Miranti.

Ternyata Pembauran itu sudah terjadi berabad-abad yang lalu dan Pohon Silsilah menunjukkan hal itu.
Pohon Silsilah DNA tentunya akan lebih mengungkapkan Pembauran.